Senin, 31 Agustus 2015
:: UNTUK BUNDAKU ::
Bunda, tutuplah dulu facebook-mu
Ini aku Si Umur Satu
Pintar mengoceh dan ingin main denganmu
Bacakan aku buku, atau menyanyilah untukku
Bertahun-tahun lagi, Bunda,
Blogmu masih akan tetap ada di sana
Tapi tak selamanya aku berumur dua
Aku akan masuk sekolah, segera
Bunda, bagaimana kabar dunia maya hari ini?
Kulihat di hadapan facebook kau tersenyum sendiri
Padahal aku ingin berbagi
Cerita tentang murid baru di PAUD/nursery kami
Umurku empat, dan kau kata aku nakal
Membuatmu tak bisa nulis status dan komen di media sosial
Kalau aku tak nakal, Bunda,
Kau tak akan mengangkat wajahmu dari screen itu
Lihat, Bunda, aku sudah besar sekarang
Berangkat ke sekolah pagi, pulang sudah petang
Frekuensi pertemuan kita semakin jarang
Apa kau merindukanku, saat menyantap makan siang?
Aku tak langsung pulang, Bunda,
Ada tambahan ekstrakurikuler sepakbola
Besok sains, matematika, fisika, atau kimia
Lusa bahasa Arab, Perancis, Jerman, atau bahasa asing lainnya
Apa Bunda? kau ingin mendengar ceritaku?
Maafkan karena aku mengecewakanmu
Aku sudah ditunggu PR-PR-ku
Letih ini inginku segera ke peraduanku
Bunda, weekend ini aku menginap di rumah temanku
Bunda bisa memiliki lebih banyak waktu
Mengurus twitter, facebook, path, instagram, line dan wa
Atau media sosial entah apa lagi namanya
Liburan bulan depan ada schooltrip ke luar negeri, Bunda
Tak akan aku hadir dalam makan malam keluarga
Sampaikan salamku kepada adik, kakak, dan semua saudara
Nanti kukirim kabar dari jejaring sosial, Bunda mau yang mana?
Delapanbelas umurku kini
Aku pergi dan pasti akan jarang kembali
Bunda bisa mengerjakan semua hobi
Sepanjang waktu, setiap hari, tak akan aku menghalangi
Bunda, aku hanya meminta 6.570 hari saja
Ya, 157.680 jam lebih tepatnya
Hanya sebanyak itu waktu yang kaupunya
Sebelum aku dikategorikan sebagai dewasa
Delapan belas tahun itu 9.460.800 menit saja, Bunda
Dikurangi tidur, aku sekolah, dan menit-menit yang berlalu
Saat kau menduakanku dengan facebookmu
Sesungguhnya, tak akan lama aku di gendongan dan gandengan tanganmu
(Penulis: Nurisma Fira /Penulis Buku Puzzle Dakwah, Cochester, Essex, 17 April 2015)
Minggu, 30 Agustus 2015
NASEHAT UNTUK PARA JOMBLO
Nesehat Untuk Para Jomblo
Memilih calon pasangan hidup bukanlah masalah remeh dalam Islam. Bahkan memilih pasangan hidup sangat menentukan arah perjalanan hidup seseorang di dunia sebelum di akhirat. Pasangan hidup yang tepat akan menemani seseorang menuju surga dunia dan akhirat. Begitu pula sebaliknya, pasangan yang tidak tepat akan menyeret seseorang menuju jurang neraka di dunia dan akhirat.
Kisah yang dialami oleh orang-orang shalih berikut ini patut kita renungi untuk menjadi pelajaran dalam hidup kita.
Imam Badruddin bin Jama’ah bercerita:
Dahulu pernah terjadi krisis ekonomi di Damaskus. Harga-harga bahan pokok melonjak tinggi sehingga banyak orang melelang kebun-kebun mereka dengan harga murah untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Saat itu, istri Imam Izzuddin bin Abdissalam menyodorkan sejumlah perhiasa sambil mengatakan kepada beliau, “Sayyidi, tolong belikan dengan perhiasan ini sebuah kebun yang bisa kita gunakan untuk bersantai-santai di musim panas.”
Beliau pun keluar rumah, bukan untuk membeli kebun melainkan untuk menyedekahkan perhiasan itu. Lalu beliau kembali pulang. Istrinya bertanya, “Sudah beli kebun?”
Beliau menjawab, “Ya, saya sudah membeli sebuah kebun di surga.”
Mendengar hal itu, istrinya menjawab, “Semoga Allah membalasmu dengan kebaikan.”
Subhanallah…
Dua sejoli yang sangat cocok dan serasi. Seorang imam besar yang dikenal dengan ilmu dan waraknya bersanding dengan seorang wanita yang lebih mencintai kehidupan akhirat yang abadi daripada kehidupan dunia yang fana.
Itulah salah satu contoh pasangan hidup yang tepat.
Anas bin Malik bercerita:
Dulu, Abu Talhah adalah penduduk kota Madinah yang paling banyak hartanya. Harta yang paling ia sukai adalah Biruha, sebuah kebun yang berhadapan dengan Masjid Nabawi. Dulu Rasulullah SAW biasa masuk kebun itu dan minum air segar di dalamnya.
Ketika ayat ini turun, “Kalian tidak akan mungkin meraih kebaikan kecuali jika kalian menginfakkan dari harta yang kalian sukai.” Abu Talhah berdiri menghadap Rasulullah SAW lalu mengatakan, “Sesungguhnya Allah menyatakan dalam kitab-Nya bahwa: Kalian tidak akan mungkin meraih kebaikan kecuali jika kalian menginfakkan dari harta yang kalian sukai, sedangkan harta yang paling saya sukai adalah Biruha. Saya sedekahkan kebun ini untuk Allah. Saya hanya mengharapkan balasan dan simpanan di sisi Allah nanti. Maka silahkan Anda lakukan apa yang Anda kehendaki, wahai Rasulullah.”
Rasulullah SAW menjawab, “Bekh.. bekh.. itulah harta yang menguntungkan.. itulah harta yang menguntungkan. Baiklah, saya sudah mendengar ucapanmu tadi dan saya minta kamu membagi-bagikan kebun itu kepada kerabat-kerabatmu.”
Lalu Abu Talhah pun membagi-bagikannya kepada kerabat-kerabatnya.
Istri Abu Talhah adalah Ummu Sulaim, sosok wanita luar biasa dalam sejarah. Suatu hari, anaknya yang masih kecil sakit dan terbaring di atas kasur. Saat itu Abu Talhah pamit mau pergi ke masjid untuk shalat Isya.
Ketika Abu Talhah sedang shalat, Ummu Sulaim bergegas membersihkan diri dan berdandan secantik mungkin bak bidadari.
Sepulang dari masjid, Abu Talhah bertanya, “Bagaimana keadaan anak kita?”
Ummu Sulaim menjawab, “Lebih tenang dari sebelumnya.”
Lalu Ummu Sulaim ‘melayani’ Abu Talhah dengan sempurna sebagaimana layaknya seorang istri terhadap suaminya.
Keesokan harinya, ketika Abu Talhah hendak berangkat ke masjid untuk shalat Shubuh, Ummu Sulaim bertanya, “Bagaimana pendapatmu seandainya ada orang yang menitipkan sesuatu kepada kita lalu ia datang untuk mengambilnya kembali?”
Tanpa pikir panjang Abu Talhah menjawab, “Tentu kita harus mengembalikan titipan itu.”
Ummu Sulaim melanjutkan, “Suamiku tercinta, Allah telah menitipkan seorang anak kepada kita. Dan tadi malam ketika kamu shalat Isya di masjid, Allah memanggil kembali anak kita. Ia telah meninggal dunia.”
Bagaikan disambar petir, Abu Talhah bertanya, “Kenapa tidak kamu beritahu aku saat itu?!”
Lalu ia berangkat ke masjid dan mengadukan kejadian itu kepada Rasulullah SAW. Beliau tersenyum dan berdoa, “Semoga Allah memberkahi malam kalian berdua tadi.”
Benar, doa Nabi terkabul. Setelah itu pasangan dua sejoli itu dikaruniai 9 anak. Semuanya hafal Quran.
Allahu akbar walillahil hamd…
Sabtu, 29 Agustus 2015
KISAH NYATA : TELAT NIKAH
TELAT NIKAH
Aku sudah lulus dari kuliah dan sudah mendapatkan pekerjaan yang bagus.
Lamaran kepada diriku untuk menikah juga mulai berdatangan, akan tetapi aku tidak mendapatkan seorangpun yang bisa membuatku tertarik.
Kemudian kesibukan kerja dan karir memalingkan aku dari segala hal yang lain. Hingga aku sampai berumur 34 tahun.
Ketika itulah aku baru menyadari bagaimana susahnya terlambat menikah.
Pada suatu hari datang seorang pemuda meminangku. Usianya lebih tua dariku 2 tahun. Dia berasal dari keluarga yang kurang mampu. Tapi aku ikhlas menerima dirinya apa adanya.
Kami mulai menghitung rencana pernikahan. Dia meminta kepadaku photo copy KTP untuk pengurusan surat-surat pernikahan. Aku segera menyerahkan itu kepadanya.
Setelah berlalu dua hari ibunya menghubungiku melalui telepon. Beliau memintaku untuk bertemu secepat mungkin.
Aku segera menemuinya. Tiba-tiba ia mengeluarkan photo copyan KTPku. Dia bertanya kepadaku apakah tanggal lahirku yang ada di KTP itu benar?
Aku menjawab: Benar.
Lalu ia berkata: Jadi umurmu sudah mendekati usia 40 tahun?!
Aku menjawab: Usiaku sekarang tepatnya 34 tahun.
Ibunya berkata lagi: Iya, sama saja.
Usiamu sudah lewat 30 tahun.
Itu artinya kesempatanmu untuk memiliki anak sudah semakin tipis.
Sementara aku ingin sekali menimang cucu.
Usiamu sudah lewat 30 tahun.
Itu artinya kesempatanmu untuk memiliki anak sudah semakin tipis.
Sementara aku ingin sekali menimang cucu.
Dia tidak mau diam sampai ia mengakhiri proses pinangan antara diriku dengan anaknya.
Masa-masa sulit itu berlalu sampai 6 bulan.
Akhirnya aku memutuskan untuk pergi melaksanakan ibadah umrah bersama ayahku, supaya aku bisa menyiram kesedihan dan kekecewaanku di Baitullah.
Akhirnya aku memutuskan untuk pergi melaksanakan ibadah umrah bersama ayahku, supaya aku bisa menyiram kesedihan dan kekecewaanku di Baitullah.
Akupun pergi ke Mekah.
Aku duduk menangis, berlutut di depan Ka’bah.
Aku memohon kepada Allah supaya diberi jalan terbaik.
Aku duduk menangis, berlutut di depan Ka’bah.
Aku memohon kepada Allah supaya diberi jalan terbaik.
Setelah selesai shalat, aku melihat seorang perempuan membaca al Qur’an dengan suara yang sangat merdu.
Aku mendengarnya lagi mengulang-ulang ayat:
Aku mendengarnya lagi mengulang-ulang ayat:
(وكان فضل الله عليك عظيما)
“Dan karunia Allah yang dilimpahkan kepadamu itu sangat besar”.
(An Nisa’: 113)
Air mataku menetes dengan derasnya mendengar lantunan ayat itu.
Tiba-tiba perempuan itu merangkulku ke pangkuannya.
Dan ia mulai mengulang-ulang firman Allah:
Dan ia mulai mengulang-ulang firman Allah:
(ولسوف يعطيك ربك فترضي)
“Dan sungguh, kelak Tuhanmu pasti memberikan karunia-Nya kepadamu, sehingga engkau menjadi puas”.
(Adh Dhuha: 5)
Demi Allah, seolah-olah aku baru kali itu mendengar ayat itu seumur hidupku. Pengaruhnya luar biasa, jiwaku menjadi tenang.
Setelah seluruh ritual umrah selesai, aku kembali ke Cairo.
Di pesawat aku duduk di sebelah kiri ayahku, sementara disebelah kanan beliau duduk seorang pemuda.
Di pesawat aku duduk di sebelah kiri ayahku, sementara disebelah kanan beliau duduk seorang pemuda.
Sesampainya pesawat di bandara, akupun turun.
Di ruang tunggu aku bertemu suami salah seorang temanku.
Di ruang tunggu aku bertemu suami salah seorang temanku.
Kami bertanya kepadanya, dalam rangka apa ia datang ke bandara?
Dia menjawab bahwa ia lagi menunggu kedatangan temannya yang kembali dengan pesawat yang sama dengan yang aku tumpangi.
Dia menjawab bahwa ia lagi menunggu kedatangan temannya yang kembali dengan pesawat yang sama dengan yang aku tumpangi.
Hanya beberapa saat, tiba-tiba temannya itu datang.
Ternyata ia adalah pemuda yang duduk di kursi sebelah kanan ayahku tadi.
Ternyata ia adalah pemuda yang duduk di kursi sebelah kanan ayahku tadi.
Selanjutnya aku berlalu dengan ayahku…..
Baru saja aku sampai di rumah dan ganti pakaian, lagi asik-asik istirahat, temanku yang suaminya tadi aku temui di bandara menelphonku.
Langsung saja ia mengatakan bahwa teman suaminya yang tadi satu pesawat denganku sangat tertarik kepada diriku.
Dia ingin bertemu denganku di rumah temanku tersebut malam itu juga.
Alasannya, kebaikan itu perlu disegerakan.
Langsung saja ia mengatakan bahwa teman suaminya yang tadi satu pesawat denganku sangat tertarik kepada diriku.
Dia ingin bertemu denganku di rumah temanku tersebut malam itu juga.
Alasannya, kebaikan itu perlu disegerakan.
Jantungku berdenyut sangat kencang akibat kejutan yang tidak pernah aku bayangkan ini.
Lalu aku meminta pertimbangan ayahku terhadap tawaran suami temanku itu.
Beliau menyemangatiku untuk mendatanginya.
Boleh jadi dengan cara itu Allah memberiku jalan keluar.
Beliau menyemangatiku untuk mendatanginya.
Boleh jadi dengan cara itu Allah memberiku jalan keluar.
Akhirnya…..aku pun datang berkunjung ke rumah temanku itu.
Hanya beberapa hari setelah itu pemuda tadi sudah datang melamarku secara resmi.
Dan hanya satu bulan setengah setelah pertemuan itu kami betul-betul sudah menjadi pasangan suami-istri.
Jantungku betul-betul mendenyutkan harapan kebahagiaan.
Dan hanya satu bulan setengah setelah pertemuan itu kami betul-betul sudah menjadi pasangan suami-istri.
Jantungku betul-betul mendenyutkan harapan kebahagiaan.
Kehidupanku berkeluarga dimulai dengan keoptimisan dan kebahagiaan.
Aku mendapatkan seorang suami yang betul-betul sesuai dengan harapanku.
Dia seorang yang sangat baik, penuh cinta, lembut, dermawan, punya akhlak yang subhanallah, ditambah lagi keluarganya yang sangat baik dan terhormat.
Aku mendapatkan seorang suami yang betul-betul sesuai dengan harapanku.
Dia seorang yang sangat baik, penuh cinta, lembut, dermawan, punya akhlak yang subhanallah, ditambah lagi keluarganya yang sangat baik dan terhormat.
Namun sudah beberapa bulan berlalu belum juga ada tanda-tanda kehamilan pada diriku.
Perasaanku mulai diliputi kecemasan.
Apalagi usiaku waktu itu sudah memasuki 36 tahun.
Perasaanku mulai diliputi kecemasan.
Apalagi usiaku waktu itu sudah memasuki 36 tahun.
Aku minta kepada suamiku untuk membawaku memeriksakan diri kepada dokter ahli kandungan.
Aku khawatir kalau-kalau aku tidak bisa hamil.
Aku khawatir kalau-kalau aku tidak bisa hamil.
Kami pergi untuk periksa ke seorang dokter yang sudah terkenal dan berpengalaman.
Dia minta kepadaku untuk cek darah.
Dia minta kepadaku untuk cek darah.
Ketika kami menerima hasil cek darah, ia berkata bahwa tidak ada perlunya aku melanjutkan pemeriksaan berikitnya, karena hasilnya sudah jelas.
Langsung saja ia mengucapkan “Selamat, anda hamil!”
Langsung saja ia mengucapkan “Selamat, anda hamil!”
Hari-hari kehamilanku pun berlalu dengan selamat, sekalipun aku mengalami kesusahan yang lebih dari orang biasanya.
Barangkali karena aku hamil di usia yang sudah agak berumur.
Barangkali karena aku hamil di usia yang sudah agak berumur.
Sepanjang kehamilanku, aku tidak punya keinginan mengetahui jenis kelamin anak yang aku kandung.
Karena apapun yang dikaruniakan Allah kepadaku semua adalah nikmat dan karunia-Nya.
Karena apapun yang dikaruniakan Allah kepadaku semua adalah nikmat dan karunia-Nya.
Setiap kali aku mengadukan bahwa rasanya kandunganku ini terlalu besar, dokter itu menjawab:
Itu karena kamu hamil di usia sudah sampai 36 tahun.
Itu karena kamu hamil di usia sudah sampai 36 tahun.
Selanjutnya datanglah hari-hari yang ditunggu, hari saatnya melahirkan.
Proses persalinan secara caesar berjalan dengan lancar.
Setelah aku sadar, dokter masuk ke kamarku dengan senyuman mengambang di wajahnya sambil bertanya tentang jenis kelamin anak yang aku harapkan.
Aku menjawab bahwa aku hanya mendambakan karunia Allah.
Tidak penting bagiku jenis kelaminnya. Laki-laki atau perempuan akan aku sambut dengan beribu syukur.
Setelah aku sadar, dokter masuk ke kamarku dengan senyuman mengambang di wajahnya sambil bertanya tentang jenis kelamin anak yang aku harapkan.
Aku menjawab bahwa aku hanya mendambakan karunia Allah.
Tidak penting bagiku jenis kelaminnya. Laki-laki atau perempuan akan aku sambut dengan beribu syukur.
Aku dikagetkan dengan pernyataannya:
“Jadi bagaimana pendapatmu kalau kamu memperoleh Hasan, Husen dan Fatimah sekaligus?
Aku tidak paham apa gerangan yang ia bicarakan.
Dengan penuh penasaran aku bertanya apa yang ia maksudkan?
Dengan penuh penasaran aku bertanya apa yang ia maksudkan?
Lalu ia menjawab sambil menenangkan ku supaya jangan kaget dan histeris bahwa Allah telah mengaruniaku 3 orang anak sekaligus. 2 orang laki-laki dan 1 orang perempuan.
Seolah-olah Allah berkeinginan memberiku 3 orang anak sekaligus untuk mengejar ketinggalanku dan ketuaan umurku.
Sebenarnya dokter itu tahu kalau aku mengandung anak kembar 3, tapi ia tidak ingin menyampaikan hal itu kepadaku supaya aku tidak merasa cemas menjalani masa-masa kehamilanku.
Lantas aku menangis sambil mengulang-ulang ayat Allah:
(ولسوف يعطيك ربك فترضى)
“Dan sungguh, kelak Tuhanmu pasti memberikan karunia-Nya kepadamu, sehingga engkau menjadi puas”. (Adh Dhuha: 5)
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
(وَاصْبِرْ لِحُكْمِ رَبِّكَ فَإِنَّكَ بِأَعْيُنِنَا )
“Dan bersabarlah menunggu ketetapan Tuhanmu, karena sesungguhnya engkau berada dalam pengawasan Kami…” (Ath Thur: 48)
Bacalah ayat ini penuh tadabbur dan penghayatan, terus berdoalah dengan hati penuh yakin bahwa Allah tidak pernah dan tidak akan pernah menelantarkanmu.
Bila status ini ada manfaatnya silahkan di-share.
Jazaakumullahu khairan
BERHAJI DIUSIA 18 TAHUN
BERHAJI DIUSIA 18 TAHUN
ILham, 18thn. Jamaah haji termuda sby. Brkt haji atas kesadaran sendiri, dan mulai nabung sejak kls 6 SD. Siswa kelas 12 SMAN 6 sby ini alumni SDIT dan SMPIT al uswah surabaya. Sejak SMP mulai melakoni bbrp usaha. Jualan pulsa, aksesori jam tangan, distro hingga garmen skala kecil. Begitupun saat SMA.
Luar biasa didikan orang tua dan para gurunya di sekolah sampai seorang murid SD punya keinginan kuat berangkat ke Baitullah dan langsung dieksekusi kesungguhan keinginan itu dengan mulai menabung. Tak hanya niat, tak hanya ingin. Tapi langsung action.
Saat anak2 seusianya mungkin menabung untuk beli sepeda baru, misalnya, tapi Ilham justru menabung buat berangkat haji. Masya allah..
Amazing.
Jadi malu sama diri sendiri.
Kadang kerinduan kita yg menggebu ke tanah suci, tdk sungguh2 dibuktikan dengan mulai menabung untuk menuju kesana.
Bener ya kata teman2. Jarak kita ke mekkah tak akan pernah berubah, jika tak mulai melangkahkan kaki menuju kesana.
Inspiratif. Moga lancar ibadah hajinya buat semua yg brkt thn ini. Moga selalu diberi kesehatan untuk menjalankan semua rukun dan sunnahnya dengan sempurna. Kembali ke tanah air dengan selamat dan mjd haji yg mabrur.
Titip doa untuk bangsa. Moga jd harapan kita bersama. Baldatun toyyibatun warabbun ghofur.
SEMUA ANAK ADALAH BINTANG
SEMUA ANAK ADALAH BINTANG
Oleh : Septi Peni Wulandani
Saya teringat suatu peristiwa ketika Ara kecil bertanya tentang proses terjadinya adik di perut ibunya. Saya tidak menjawab langsung, mengajak Ara ke depan Video player kami, dan menyetel film "Proses terjadinya manusia" karya Harun Yahya. Saat melihat pergerakan ratusan juta sperma berkompetisi secara sehat untuk memperebutkan dirinya menjadi "sang juara" bertemu dengan satu telur. Saat itu juga Ara berkesimpulan " berarti aku ini juara sejak di perut ibu ya".Kalimat ini sungguh di luar dugaan kami, karena apa yang ditanyakan dengan kesimpulan yang dia dapatkan jauh dari bayangan saya waktu itu. Anak-anak yang terlahir ke dunia merupakan anak-anak pilihan, para juara yang membawa bintangnya masing-masing sejak lahir. Namun setelah mereka lahir, kita, orang dewasa yang diamanahi menjaganya, justru lebih sering "membanding-bandingkan" pribadi anak ini dengan pribadi anak yang lain.
BANDINGKANLAH ANAK-ANAK KITA DENGAN DIRINYA SENDIRI, BUKAN DENGAN ANAK ORANG LAIN
Jadi kalimat yang harus sering anda keluarkan adalah,
"Apa bedanya kakak 1 tahun yang lalu dengan kakak yang sekarang?"bukan dengan kalimat "Mengapa kamu tidak seperti si A, yang nilai raportnya selalu bagus?""Mengapa kamu tidak seperti adikmu?" Kita, orang dewasa yang dipercaya untuk melejitkan "mental jawara" anak, justru lebih sering memperlakukan mereka menjadi anak rata-rata, yang harus sama dengan yang lainnya.
MEMBUAT GUNUNG, BUKAN MERATAKAN LEMBAH
Ikan itu jago berenang, jangan habiskan hari-harinya dengan belajar terbang, agar ia sepintar burung. Seringkali kalau ada anak-anak yang tidak menyukai matematika, kita paksakan anak untuk ikut pelajaran tambahan matematika agar nilainya sama dengan anak-anak yang sangat menyukai matematika. Ini namanya meratakan lembah. Anak akan menjadi anak yang rata-rata.Burung itu jago terbang, apabila sebagian besar waktunya habis untuk belajar terbang, maka dalam beberapa waktu ia akan menjadi maestro terbang di bidangnya. Anak yang terlihat berbinar-binar mempelajari sesuatu, kemudian orangtuanya mengijinkan anak tersebut menghabiskan sebagian besar waktunya untuk mempelajari hal tersebut, maka kita sedang mengijinkan lahirnya maestro baru. Ini namanya membuat gunung. Anak akan memahami misi spesifiknya untuk hidup di muka bumi ini.
ENJOY, EASY, EXCELLENT, EARN
Kita sebagai orangtua harus sering melakukan "discovering ability" agar anak menemukan dirinya. Dengan mengajak anak kaya akan wawasan, kaya akan gagasan, dan kaya akan aktivitas. Sehingga anak dengan cepat menemukan aktivitas yang membuat matanya berbinar-binar, tak pernah henti untuk mengejar kesempurnaan ilmu, dan menjadi hebat di bidangnya. Pendapatan itu adalah bonus dari kesungguhan 3 hal tersebut.
ALLAH TIDAK PERNAH MEMBUAT PRODUK GAGAL
Tidak ada anak yang bodoh di muka bumi ini, yang ada hanya anak yang tidak mendapatkan kesempatan belajar dari orangtua/guru yang baik, yang senantiasa tak pernah berhenti menuntuk ilmu demi anak-anaknya, dan memahami metode yang tepat sesuai dengan gaya belajar anaknya.
ANAK-ANAK TERLAHIR HEBAT, KITALAH YANG HARUS SELALU MEMANTASKAN DIRI AGAR SELALU LAYAK DI MATA ALLAH, MEMEGANG AMANAH ANAK-ANAK YANG LUAR BIASA.
Oleh : Septi Peni Wulandani
Saya teringat suatu peristiwa ketika Ara kecil bertanya tentang proses terjadinya adik di perut ibunya. Saya tidak menjawab langsung, mengajak Ara ke depan Video player kami, dan menyetel film "Proses terjadinya manusia" karya Harun Yahya. Saat melihat pergerakan ratusan juta sperma berkompetisi secara sehat untuk memperebutkan dirinya menjadi "sang juara" bertemu dengan satu telur. Saat itu juga Ara berkesimpulan " berarti aku ini juara sejak di perut ibu ya".Kalimat ini sungguh di luar dugaan kami, karena apa yang ditanyakan dengan kesimpulan yang dia dapatkan jauh dari bayangan saya waktu itu. Anak-anak yang terlahir ke dunia merupakan anak-anak pilihan, para juara yang membawa bintangnya masing-masing sejak lahir. Namun setelah mereka lahir, kita, orang dewasa yang diamanahi menjaganya, justru lebih sering "membanding-bandingkan" pribadi anak ini dengan pribadi anak yang lain.
BANDINGKANLAH ANAK-ANAK KITA DENGAN DIRINYA SENDIRI, BUKAN DENGAN ANAK ORANG LAIN
Jadi kalimat yang harus sering anda keluarkan adalah,
"Apa bedanya kakak 1 tahun yang lalu dengan kakak yang sekarang?"bukan dengan kalimat "Mengapa kamu tidak seperti si A, yang nilai raportnya selalu bagus?""Mengapa kamu tidak seperti adikmu?" Kita, orang dewasa yang dipercaya untuk melejitkan "mental jawara" anak, justru lebih sering memperlakukan mereka menjadi anak rata-rata, yang harus sama dengan yang lainnya.
MEMBUAT GUNUNG, BUKAN MERATAKAN LEMBAH
Ikan itu jago berenang, jangan habiskan hari-harinya dengan belajar terbang, agar ia sepintar burung. Seringkali kalau ada anak-anak yang tidak menyukai matematika, kita paksakan anak untuk ikut pelajaran tambahan matematika agar nilainya sama dengan anak-anak yang sangat menyukai matematika. Ini namanya meratakan lembah. Anak akan menjadi anak yang rata-rata.Burung itu jago terbang, apabila sebagian besar waktunya habis untuk belajar terbang, maka dalam beberapa waktu ia akan menjadi maestro terbang di bidangnya. Anak yang terlihat berbinar-binar mempelajari sesuatu, kemudian orangtuanya mengijinkan anak tersebut menghabiskan sebagian besar waktunya untuk mempelajari hal tersebut, maka kita sedang mengijinkan lahirnya maestro baru. Ini namanya membuat gunung. Anak akan memahami misi spesifiknya untuk hidup di muka bumi ini.
ENJOY, EASY, EXCELLENT, EARN
Kita sebagai orangtua harus sering melakukan "discovering ability" agar anak menemukan dirinya. Dengan mengajak anak kaya akan wawasan, kaya akan gagasan, dan kaya akan aktivitas. Sehingga anak dengan cepat menemukan aktivitas yang membuat matanya berbinar-binar, tak pernah henti untuk mengejar kesempurnaan ilmu, dan menjadi hebat di bidangnya. Pendapatan itu adalah bonus dari kesungguhan 3 hal tersebut.
ALLAH TIDAK PERNAH MEMBUAT PRODUK GAGAL
Tidak ada anak yang bodoh di muka bumi ini, yang ada hanya anak yang tidak mendapatkan kesempatan belajar dari orangtua/guru yang baik, yang senantiasa tak pernah berhenti menuntuk ilmu demi anak-anaknya, dan memahami metode yang tepat sesuai dengan gaya belajar anaknya.
ANAK-ANAK TERLAHIR HEBAT, KITALAH YANG HARUS SELALU MEMANTASKAN DIRI AGAR SELALU LAYAK DI MATA ALLAH, MEMEGANG AMANAH ANAK-ANAK YANG LUAR BIASA.
Membalas Pukulan Penguasa
Membalas Pukulan Penguasa
Aku tak ingin nyanyikan lagu
Buat orang-orang yang tertindas
Aku tak ingin orasi
Untuk orang-orang yang terpinggirkan
Aku dan kau sahabat-sahabatku
Yang tengah terluka
Jika mengadu pada hukum di negeri ini
Tak mendapat tempat
Aku dan kau sahabat-sahabatku
Yang tengah tersayat
Mari tengadahkan tangan
Saat kecewa dan terluka dihantam badai penguasa
Tangan-tangan mungil kita terkulai lemas
Kita tak boleh putus harap
Untuk bangkit di sepertiga malam ini
Jauhkan lambung kita dari dipan
Tunduk pada kantuk atau bangkit berdoa
Hari ini kita terluka
Esok akan lahir pemimpin dari rasa luka
Buka untuk membalas luka diatas luka
N a m u n . . .
Agar saat kau memimpin
Tahu bagaimana luka itu
Menyayat jiwa
Menampar hati
Membuat isak dijantung
Getir menahan perih tak ada yang menolong
Kuharap kau bisa segera membalas pukulan ini,
Membalas tamparan ini,
Kelak . . .
Ketika kita sudah satu suara satu jiwa
Balaslah dengan cinta
Balaslah dengan tegaknya hukum
Balaslah dengan mendirikan keadilan
Balaslah dengan berjuta maaf
Aku, berdoa untukmu
Sahabat-sahabtku di Kampung Pulo
Suatu saat akan lahir
Pemimpin dari Kampung Pulo
Untuk Indonesia yang lebih adil dan sejahtera
Maafkan aku
Hanya bisa membersamaimu
Dalam doa di sepertiga malam ini
Tak bisa menemanimu
Melawan dinginnya keangkuhan
Sahabatmu,
Bang Joy
Aku tak ingin nyanyikan lagu
Buat orang-orang yang tertindas
Aku tak ingin orasi
Untuk orang-orang yang terpinggirkan
Aku dan kau sahabat-sahabatku
Yang tengah terluka
Jika mengadu pada hukum di negeri ini
Tak mendapat tempat
Aku dan kau sahabat-sahabatku
Yang tengah tersayat
Mari tengadahkan tangan
Saat kecewa dan terluka dihantam badai penguasa
Tangan-tangan mungil kita terkulai lemas
Kita tak boleh putus harap
Untuk bangkit di sepertiga malam ini
Jauhkan lambung kita dari dipan
Tunduk pada kantuk atau bangkit berdoa
Hari ini kita terluka
Esok akan lahir pemimpin dari rasa luka
Buka untuk membalas luka diatas luka
N a m u n . . .
Agar saat kau memimpin
Tahu bagaimana luka itu
Menyayat jiwa
Menampar hati
Membuat isak dijantung
Getir menahan perih tak ada yang menolong
Kuharap kau bisa segera membalas pukulan ini,
Membalas tamparan ini,
Kelak . . .
Ketika kita sudah satu suara satu jiwa
Balaslah dengan cinta
Balaslah dengan tegaknya hukum
Balaslah dengan mendirikan keadilan
Balaslah dengan berjuta maaf
Aku, berdoa untukmu
Sahabat-sahabtku di Kampung Pulo
Suatu saat akan lahir
Pemimpin dari Kampung Pulo
Untuk Indonesia yang lebih adil dan sejahtera
Maafkan aku
Hanya bisa membersamaimu
Dalam doa di sepertiga malam ini
Tak bisa menemanimu
Melawan dinginnya keangkuhan
Sahabatmu,
Bang Joy
Keunikan ANGKA dalam bahasa JAWA.
Nyante dhisik.....
Keunikan angka dlm bhs jawa.
Misal dalam bahasa Indonesia diucapkan dua puluh satu, dua puluh dua,…, dua puluh sembilan.
Dalam bahasa jawa tidak diberi nama rongpuluh siji, rongpuluh loro, dst; melainkan selikur, rolikur, …, songo likur. Di sini terdapat satuan LIKUR yang tidak lain merupakan kependekan dari LIngguh KURsi, artinya duduk di kursi.
Pada usia 21-29 itulah pada umumnya manusia mendapatkan “tempat duduknya”, pekerjaannya, profesi yang akan ditekuni dalam kehidupannya; apakah sebagai pegawai, pedagang, seniman, penulis, dan lain sebagainya.
Namun demikian ada penyimpangan di atas penyimpangan tadi. Bilangan 25 tidak disebut sebagai limang likur, melainkan selawe.
SELAWE singkatan dari SEneng-senenge LAnang lan WEdok. Puncak asmaranya laki-laki dan perempuan, yang ditandai oleh pernikahan. Maka pada usia tersebutlah pada umumnya orang menikah (dadi manten).
Bilangan selanjutnya sesuai dengan pola: telung puluh, telung puluh siji, telung puluh loro, dst. Tapi ada penyimpangan lagi nanti pada bilangan 50. Setelah sepuluh, rongpuluh, telung puluh, patang puluh, mestinya limang puluh. Tapi 50 namanya menjadi seket. Pasti ada sesuatu di sini.
SEKET dapat dipanjangkan menjadi SEneng KEthonan, suka memakai kethu/tutup kepala/topi/kopiah. Tanda Usia semakin lanjut, tutup kepala bisa utk nutup botak, atau rambut yg memutih. Di sisi lain bisa juga Kopiah atau tutup kepala melambangkan orang yang beribadah. Pada usia 50 mestinya seseorang lebih memperhatikan ibadahnya. Setelah sejak umur likuran bekerja keras mencari kekayaan untuk kehidupan dunia, sekitar 25 tahun kemudian, yaitu pada usia 50 perbanyaklah ibadah, untuk bekal memasuki kehidupan akhirat.
Dan kemudian masih ada satu bilangan lagi, yaitu 60, yang namanya menyimpang dari pola, bukan enem puluh melainkan sewidak atau suwidak.
SEWIDAK dapat dipanjangkan menjadi SEjatine WIs wayahe tinDAK. Artinya: sesungguhnya sudah saatnya pergi.sudah matang..siap inalillah..
Semoga bermanfaat 😊👍
Keunikan angka dlm bhs jawa.
Misal dalam bahasa Indonesia diucapkan dua puluh satu, dua puluh dua,…, dua puluh sembilan.
Dalam bahasa jawa tidak diberi nama rongpuluh siji, rongpuluh loro, dst; melainkan selikur, rolikur, …, songo likur. Di sini terdapat satuan LIKUR yang tidak lain merupakan kependekan dari LIngguh KURsi, artinya duduk di kursi.
Pada usia 21-29 itulah pada umumnya manusia mendapatkan “tempat duduknya”, pekerjaannya, profesi yang akan ditekuni dalam kehidupannya; apakah sebagai pegawai, pedagang, seniman, penulis, dan lain sebagainya.
Namun demikian ada penyimpangan di atas penyimpangan tadi. Bilangan 25 tidak disebut sebagai limang likur, melainkan selawe.
SELAWE singkatan dari SEneng-senenge LAnang lan WEdok. Puncak asmaranya laki-laki dan perempuan, yang ditandai oleh pernikahan. Maka pada usia tersebutlah pada umumnya orang menikah (dadi manten).
Bilangan selanjutnya sesuai dengan pola: telung puluh, telung puluh siji, telung puluh loro, dst. Tapi ada penyimpangan lagi nanti pada bilangan 50. Setelah sepuluh, rongpuluh, telung puluh, patang puluh, mestinya limang puluh. Tapi 50 namanya menjadi seket. Pasti ada sesuatu di sini.
SEKET dapat dipanjangkan menjadi SEneng KEthonan, suka memakai kethu/tutup kepala/topi/kopiah. Tanda Usia semakin lanjut, tutup kepala bisa utk nutup botak, atau rambut yg memutih. Di sisi lain bisa juga Kopiah atau tutup kepala melambangkan orang yang beribadah. Pada usia 50 mestinya seseorang lebih memperhatikan ibadahnya. Setelah sejak umur likuran bekerja keras mencari kekayaan untuk kehidupan dunia, sekitar 25 tahun kemudian, yaitu pada usia 50 perbanyaklah ibadah, untuk bekal memasuki kehidupan akhirat.
Dan kemudian masih ada satu bilangan lagi, yaitu 60, yang namanya menyimpang dari pola, bukan enem puluh melainkan sewidak atau suwidak.
SEWIDAK dapat dipanjangkan menjadi SEjatine WIs wayahe tinDAK. Artinya: sesungguhnya sudah saatnya pergi.sudah matang..siap inalillah..
Semoga bermanfaat 😊👍
M A T E M A T I K A
M A T E M A T I K A
1) Mengapa PLUS dikali PLUS hasilnya PLUS?
2) Mengapa MINUS dikali PLUS atau sebaliknya PLUS dikali MINUS hasilnya MINUS?
3) Mengapa MINUS dikali MINUS hasilnya PLUS?
Hikmahnya adalah:
(+) PLUS = BENAR
(-) MINUS = SALAH
1. Mengatakan BENAR terhadap sesuatu hal yang BENAR adalah suatu tindakan yang BENAR.
Rumus
+ x + = +
2. Mengatakan BENAR terhadap sesuatu yang SALAH, atau sebaliknya mengatakan SALAH thd sesuatu yang BENAR adalah suatu tindakan yang SALAH.
Rumus matematikanya:
+ x – = -
– x + = -
3. Mengatakan SALAH terhadap sesuatu yg SALAH adalah suatu tindakan yang BENAR.
Rumus matematikanya:
– x – = +
Pelajaran matematika ternyata sarat makna. Kebenarannya pasti/exact, yg bisa kita ambil sebagai Pelajaran Hidup.
Untuk matematika pembagian, adalah sbb:
1 ÷ 1 = 1
1 ÷ 2 = 1/2
1 ÷ 10 = 1/10
1 ÷ 100 = 1/100
Sedangkan 1 ÷ 0 = ~ ( tak terhingga).
Maknanya adalah:
- Kalau kita melakukan perbuatan baik, spt sedekah misalnya, kemudian kita mengharapkan balasan atas perbuatan itu, maka semakin kita banyak berharap hasilnya akan semakin kecil (1/100 dst).
Tetapi ketika kita melakukannya dgn Ikhlas tanpa mengharapkan sesuatu imbalan apa pun atau 1 ÷ 0, maka hasilnya akan "Tak Terhingga" yang artinya Tuhan akan memberikan balasan atas keikhlasan kita dengan balasan yang tak terhingga (Penuh Keberkahan)
✔ Tatkala engkau memperbaiki niatmu, saat itulah Tuhan memperbaiki keadaanmu
✔ Ketika engkau menginginkan kebaikan untuk org lain, maka kebaikan itu datang kepadamu dari arah yang tidak engkau kira
✔ Di saat kita hidup untuk membuat orang lain bahagia, Tuhan menjadikan orang lain membahagiakan kita
✔ Maka carilah selalu celah untuk "memberi", bukan "mengambil"
✔ Setiap kali engkau memberi maka di saat itulah engkau diberi (oleh Tuhan) tanpa engkau meminta.
Bukan lagi TAKE and GIVE, tetapi belajarlah untuk hanya GIVE...
🙏 🙏
1) Mengapa PLUS dikali PLUS hasilnya PLUS?
2) Mengapa MINUS dikali PLUS atau sebaliknya PLUS dikali MINUS hasilnya MINUS?
3) Mengapa MINUS dikali MINUS hasilnya PLUS?
Hikmahnya adalah:
(+) PLUS = BENAR
(-) MINUS = SALAH
1. Mengatakan BENAR terhadap sesuatu hal yang BENAR adalah suatu tindakan yang BENAR.
Rumus
+ x + = +
2. Mengatakan BENAR terhadap sesuatu yang SALAH, atau sebaliknya mengatakan SALAH thd sesuatu yang BENAR adalah suatu tindakan yang SALAH.
Rumus matematikanya:
+ x – = -
– x + = -
3. Mengatakan SALAH terhadap sesuatu yg SALAH adalah suatu tindakan yang BENAR.
Rumus matematikanya:
– x – = +
Pelajaran matematika ternyata sarat makna. Kebenarannya pasti/exact, yg bisa kita ambil sebagai Pelajaran Hidup.
Untuk matematika pembagian, adalah sbb:
1 ÷ 1 = 1
1 ÷ 2 = 1/2
1 ÷ 10 = 1/10
1 ÷ 100 = 1/100
Sedangkan 1 ÷ 0 = ~ ( tak terhingga).
Maknanya adalah:
- Kalau kita melakukan perbuatan baik, spt sedekah misalnya, kemudian kita mengharapkan balasan atas perbuatan itu, maka semakin kita banyak berharap hasilnya akan semakin kecil (1/100 dst).
Tetapi ketika kita melakukannya dgn Ikhlas tanpa mengharapkan sesuatu imbalan apa pun atau 1 ÷ 0, maka hasilnya akan "Tak Terhingga" yang artinya Tuhan akan memberikan balasan atas keikhlasan kita dengan balasan yang tak terhingga (Penuh Keberkahan)
✔ Tatkala engkau memperbaiki niatmu, saat itulah Tuhan memperbaiki keadaanmu
✔ Ketika engkau menginginkan kebaikan untuk org lain, maka kebaikan itu datang kepadamu dari arah yang tidak engkau kira
✔ Di saat kita hidup untuk membuat orang lain bahagia, Tuhan menjadikan orang lain membahagiakan kita
✔ Maka carilah selalu celah untuk "memberi", bukan "mengambil"
✔ Setiap kali engkau memberi maka di saat itulah engkau diberi (oleh Tuhan) tanpa engkau meminta.
Bukan lagi TAKE and GIVE, tetapi belajarlah untuk hanya GIVE...
🙏 🙏
Langganan:
Postingan (Atom)